Di Kabupaten Malang, Jawa Timur, ternyata ada destinasi wisata religi yang kerap menjadi tujuan turis asing. Tempat itu bernama Masjid Jin atau ada juga yang menyebutnya Masjid Tiban.
Lokasinya ada di RT 27/RW 06, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen. Disebut Masjid Tiban karena konon katanya masjid yang berada di perkampungan, dengan jalan yang sempit, dan dengan kemegahannya ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar.
Menurut mitos yang beredar di daerah itu, bangunan masjid dibangun oleh jin dalam waktu hanya semalam saja.
Dan nyatanya, kabar itu tidaklah benar.
Iphoenk HD Purwanto, santri yang biasa menjadi pemandu di masjid membantah sekaligus meluruskan kisah yang santer beredar itu. Menurutnya, pembangunan masjid memang tidak melibatkan masyarakat sekitar dan tidak menggunakan alat-alat berat.
“Wajar kalau masyarakat tidak tahu ada pembangunan masjid di balik pagar karena semua dikerjakan oleh santri,” jelas pria yang akrab disapa Gus Ipung ini.
Nama Pondok Pesantren (ponpes) salafiyah ini adalah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Nama itu mengandung makna lautannya lautan yang berasa madu dan memiliki keutamaan kasih sayang. “Rintisan ponpes dimulai sejak 1963,” imbuh Gus Ipung.
Masjid sekaligus Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad.
Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai. Tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para santri pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang dikelola oleh para santriwati.
Di toko-toko itu berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah. Selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian sarung, sajadah, jilbab, tasbih, dan lain sebagainya.
Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam, dan burung.
Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Tak heran bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan Timur Tengah, China, dan modern.
Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Contohnya, waktu itu hanya ada batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat (lumpur atau ledok).
Di dalam masjid ini juga terdapat sebuah aquarium dan perpustakaan yang berisi buku-buku tentang Islam. Tujuan dari Romo Kiai Ahmad mendirikan ponpes ini tak lain untuk dikunjungi semua orang, baik Muslim maupun non Muslim.
Sementara itu, menurut salah satu petugas informasi, Muhammad Hafidz, para pengunjung setiap hari bisa mencapai ribuan. Untuk masuk ke masjid ini pengunjung tidak dikenakan biaya apapun. Bahkan parkir pun gratis. Pengunjung hanya diminta untuk mengambil kartu masuk dan kartu keluarnya. (Bal/Berbagai Sumber)
0 comments: